Pelatihan dalam pembuatan pupuk dekomposter : Upaya Berkelanjutan untuk Pertanian Mandiri

Selasa, 19 November 2024, Pekarangan Rumah Bibit RW 9 menjadi lokasi berlangsungnya pelatihan pembuatan pupuk organik dan anorganik yang melibatkan masyarakat setempat, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan, serta Pokja Kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepada masyarakat dalam memproduksi pupuk secara mandiri, guna mendukung pertanian berkelanjutan dan mengoptimalkan pemanfaatan limbah rumah tangga.
Kegiatan dimulai pukul 09.00 pagi dengan sesi pemberian materi mengenai jenis-jenis pupuk yang akan dibuat, yaitu pupuk cair dan pupuk padat. Dalam sesi ini, peserta memperoleh wawasan tentang manfaat masing-masing jenis pupuk serta proses pembuatannya. Setelah sesi materi, peserta mempersiapkan perlengkapan seperti ember dengan tutup, kran, dan lem untuk membuat alat pengolah pupuk.
Setelah perlengkapan siap, pelatih memandu langkah-langkah pembuatan pupuk organik. Bahan-bahan yang digunakan meliputi sampah organik dari dapur rumah tangga dan pupuk kering. Prosesnya dimulai dengan menyusun lapisan sampah organik, dilanjutkan dengan lapisan pupuk kering secara bergantian hingga ember penuh. Kemudian, campuran tersebut disiram dengan air atau pupuk cair.
Pupuk padat yang dihasilkan melalui metode ini membutuhkan waktu fermentasi selama tiga bulan sebelum siap digunakan. Sementara itu, pupuk cair sudah dapat digunakan sehari setelah proses pembuatan. Untuk aplikasi pupuk cair, peserta diajarkan mencampur satu takaran pupuk cair setutup botol dengan 10 liter air, sesuai dengan takaran yang direkomendasikan.
Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 50 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk masyarakat umum, perwakilan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan, serta anggota Pokja Kelurahan. Suasana pelatihan berlangsung interaktif dengan antusiasme tinggi dari peserta yang aktif bertanya dan mencoba langsung setiap tahapan.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal, tetapi juga untuk mendorong masyarakat memanfaatkan limbah organik rumah tangga secara bijak. "Dengan pelatihan ini, kami berharap masyarakat dapat memproduksi pupuk berkualitas sendiri sekaligus mengurangi limbah organik yang terbuang," ungkap salah satu perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan.
Selain itu, pelatihan ini juga menjadi langkah nyata dalam mendukung pertanian ramah lingkungan dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pupuk untuk pertanian skala rumah tangga maupun skala besar. Keberlanjutan program seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan dan pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.
Kegiatan dimulai pukul 09.00 pagi dengan sesi pemberian materi mengenai jenis-jenis pupuk yang akan dibuat, yaitu pupuk cair dan pupuk padat. Dalam sesi ini, peserta memperoleh wawasan tentang manfaat masing-masing jenis pupuk serta proses pembuatannya. Setelah sesi materi, peserta mempersiapkan perlengkapan seperti ember dengan tutup, kran, dan lem untuk membuat alat pengolah pupuk.
Setelah perlengkapan siap, pelatih memandu langkah-langkah pembuatan pupuk organik. Bahan-bahan yang digunakan meliputi sampah organik dari dapur rumah tangga dan pupuk kering. Prosesnya dimulai dengan menyusun lapisan sampah organik, dilanjutkan dengan lapisan pupuk kering secara bergantian hingga ember penuh. Kemudian, campuran tersebut disiram dengan air atau pupuk cair.
Pupuk padat yang dihasilkan melalui metode ini membutuhkan waktu fermentasi selama tiga bulan sebelum siap digunakan. Sementara itu, pupuk cair sudah dapat digunakan sehari setelah proses pembuatan. Untuk aplikasi pupuk cair, peserta diajarkan mencampur satu takaran pupuk cair setutup botol dengan 10 liter air, sesuai dengan takaran yang direkomendasikan.
Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 50 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk masyarakat umum, perwakilan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan, serta anggota Pokja Kelurahan. Suasana pelatihan berlangsung interaktif dengan antusiasme tinggi dari peserta yang aktif bertanya dan mencoba langsung setiap tahapan.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal, tetapi juga untuk mendorong masyarakat memanfaatkan limbah organik rumah tangga secara bijak. "Dengan pelatihan ini, kami berharap masyarakat dapat memproduksi pupuk berkualitas sendiri sekaligus mengurangi limbah organik yang terbuang," ungkap salah satu perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan.
Selain itu, pelatihan ini juga menjadi langkah nyata dalam mendukung pertanian ramah lingkungan dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pupuk untuk pertanian skala rumah tangga maupun skala besar. Keberlanjutan program seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan dan pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.